Selamat Datang

Senin, 02 Agustus 2021

Penelitian Tentang Tuna Daksa

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kalainan atau penyimpangan (fisik, mental-intelektual, social-emosional) dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.

Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau Anak Luar Biasa ALB adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran dan Rizzo, 1979).

Anak berkebutuhan khusus Menurut (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:

tunanetratunarungutunagrahitatunadaksatunalaraskesulitanbelajargangguan prilakuanak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Di Negara kita tidak sedikit anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof dr Sunartini, SpA (K), PhD yang berprofesi sebagai guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, diperkirakan antara 3-7% atau 5,5-10,5 juta anak usia dibawah usia 18 tahun menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. Secara Global, tuturnya, diperkirakan ada 370 juta penyandang cacat atau sekitar 7% populasi dunia, kurang lenih 80 juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi. Dari jumlah tersebut hanya 10% mempunyai akses pelayanan.

Melihat dari kenyataan yang ada dilapangan, dimana banyak anak-anak dilingkungan kita yang perlu mendapatkan pelayanan khusus dan ternyata mereka mmasih belum mendapatakannya sesuai dengan hak-hak mereka. Bagi kita calon Guru terutama sebagai guru pendidikan dasar perlu memahami hal-hal terkait dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus, karena tidak semua anak yang akan dididik nantinya adalah anak normal, bisa saja ketika menjadi guru nanti mendapatkan peserta didik yang memiliki dissabilitas. Oleh karena itu, perlu diadakannya observasi langsung untuk melihat dan belajar langsung tentang anak-anak berkebutuhan khusus sebagai bekal dalam mengajar nantinya.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu Tuna Daksa

2.      Apa penyebab kelainan dan karakteristik anak Tuna Daksa

3.      Apa saja Klasifikasi anak Tuna Daksa

4.      Bagaimana pendidikan anak Tuna Daksa

 

C.    TUJUAN

1.      Mengetahui pengertian Tuna Daksa

2.      Mengetahui penyebab dan karakteristik anak Tuna Daksa

3.      Mengetahui Klasifikasi anak Tuna Daksa

4.      Bagaimana pendidikan bagi anak Tuna Daksa

 

D.    MANFAAT

Hasil observasi ini diharapkan bermanfaat bagi:

1.        Dosen

Diharapkan dengan adanya laporan ini guru dapat mengetahui salah satu ciri dari anak berkebutuhan khusus. Sehingga guru dapat memposisikan dan melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan anak didiknya, serta mampu membantu orang tua/wali mengetahui keadaan peserta didiknya. Apabila terjadi permasalahan dengan peserta didik dapat dengan cepat mampu menangani permasalahan tersebut.

2.        Penulis

Dengan adanya observasi ini mahasiswa mampu mengenali lebih dekat anak berkebutuhan khusus. Mempelajari lebih dalam tentang cara mendidik dan menangani anak berkebutuhan khusus. Serta dapat memahami karakteristik masing-masing anak yang berkebutuhan khusus. Sehingga kelak dapat menambah pengetahuan ketika menjadi guru.