Selamat Datang

Senin, 30 November 2020

SEDIAAN GALENIKA

SEDIAAN GALENIKA 



A. Pengertian Sediaan Galenika


Sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang diambil sarinya. Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Jadi, ilmu galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). 

B. Sejarah Sediaan Galenika
Sediaan galenika bermula dari seorang ilmuwan Romawi bernama Galen yang menemukan suatu racikan obat yang berasal dari ekstrak tanaman dan hewan. Hal ini menjadi dasar pemberian nama sediaan galenika. 

C. Ruang Lingkup Sediaan Galenika
Sediaan galenika mencakup 3 hal, yakni sediaan galenika hasil penarikan (ekstrak, tinctura, decocta, dan infusa), sediaan galenika hasil penyulingan/pemerasan (aqua aromatika, olea penguia, dan olea volatilia), dan sirup. 

D. Cairan Penarik Sediaan Galenika
Cairan penyari masuk ke dalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan diambil sarinya, kemudian zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisa lain yang kurang bermanfaat. Beberapa jenis cairan penarik yang umum digunakan dalam sediaan galenika antara lain air, etanol, gliserin, eter, pelarut heksan, aseton, dan kloroform. 

E. Cara-Cara Penarikan Sediaan Galenika
Cara yang paling umum digunakan dalam penarikan sediaan galenika adalah dengan metode ekstraksi. Terdapat beberapa metode ekstraksi antara lain maserasi, perkolasi, dan infundasi (infusa) yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam KD selanjutnya. 

F. Sediaan Galenika Sediaan galenik adalah sediaan yang di buat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang di ambil sarinya. Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering.Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya,kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat. Bentuk-bentuk sediaan galenik : • Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa • Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak) • Syrup. Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatanya sebagai berikut: 
1. Aqua aromatica
2. Extracta 
3. Sirupi dan 
4. Spiritus aromatici Sediaan galenika yang menggunakan metoda khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens (Licadet). 

G. Tingtur (Tinctura) 
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing – masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras. Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%. Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan. 

H. Pembagian Tinctur 1. Menurut Cara Pembuatan A. Tingtur Asli Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi. Contoh : Tingtur yang dibuat secara maserasi 
1. Opii Tinctura FI III 
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II 
4. Myrrhae Tinctura FI II 
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI1974 Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh : 

B. Tingtur Tidak Asli (Palsu) 
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. 
1. Iodii Tinctura FI III 
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III 
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari) • Tingtur Keras Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat keras • Tingtur Lemah Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh 3. Berdasarkan Cairan Penariknya 
a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura Valerianae Aetherea. 
b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei). 
c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica. 
d. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh : Tinctura Rhei Aquosa.
e. Tinctura Composita

I. Ekstrak (Extracta)
 Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran etanol dan air Cara Pembuatan Penyarian : 
• Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. 
• Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. • Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi. 
1. Maserasi Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki. 
2. Perkolasi • Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki 
• Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama. 
• Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan panas. 
• Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang digunakan. 
• Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki. • Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya • Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki. Contoh – Contoh Ekstrak 
1. Ekstrak Belladonae Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut : 2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum) Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang dibuat dari serbuk hiosiamin Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang dibuat sebagai berikut : Gerus 1 bagian ekstrak dengan 

2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak lebih dari 800C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3 bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering. 

3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum) Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan hingga kering. 

J. Infus (Infusa) 

Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 15 menit. Cara Pembuatan Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 0C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus : 
1. Jumlah simplisia 

2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air 
4. Cara menyerkai 
5. Penambahan bahan-bahan lain • untuk menambah kelarutan • untuk menambah kestabilan • untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain. 
1. Jumlah Simplisia • Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia. • Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk membuat 100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti tersebut di bawah ini : Kulit kina 6 bagian Daun digitalis 0,5 bagian Akar ipeka 0,5 bagian Daun kumis kucing 0,5 bagian Sekale kornutum 3 bagian Daun sena 4 bagian Temulawak 4 bagian Banyaknya Air Ekstra Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan kering. Cara Menyerkai • Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. • Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam keadaan panas, akan mengendap dalam keadaan dingin. • Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin. • Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air hingga massa seperti bubur. • Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. • Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama. Air Aromatik (Aqua Aromatica) Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet. Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir. Cara pembuatan : 1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml etanol 95%. 2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat. 3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring. 4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air. Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih. Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya. Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam. Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal. Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan. Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Khasiat : zat tambahan. Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu : 1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua foeniculi dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air. Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik. Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan harus disaring lebih dahulu. 2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air. Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen. Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatik. 3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air. Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring. 4. Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatika. Minyak Lemak (Olea Pinguia) Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi). Cara-cara mendapatkan minyak lemak 1. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum olivae, oleum ricini 2. diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum cocos Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain : 1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau tengik. 2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, Eter dan Eter minyak tanah. 3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat. 

Penggunaan minyak lemak : 

1. Sebagai zat tambahan 

2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan lain-lain, anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk terlarut absorpsi dipercepat. 

3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar. 

Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :

1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini, oleum ricini. 

2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum arachidis, oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami. Penyimpanan minyak lemak : Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya. 

Contoh-contoh minyak lemak : 

1. Minyak kacang = Oleum Arachidis Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah dikupas. 

1. Minyak coklat = Oleum Cacao Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L yang telah dikupas dan dipanggang. 

2. Minyak kelapa = Oleum Cocos. Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas endosperm cocos nucipera L yang telah di keringkan. Minyak Atsiri (Olea Volatilia) Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat secara sintetis. Sifat-sifat minyak atsiri : 1. mudah menguap 2. rasa yang tajam 3. wangi yang khas 4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. 5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda. Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya penguraian. Pemerian : · Cairan jernih · Bau seperti bau bagian tanaman asal. · Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk. Identifikasi : 1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh. 2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan 3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah. Cara-cara memperoleh minyak atsiri : A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. 

Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak jeruk 

B. Cara penyulingan ( destilasi).
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung) Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya. 

2. Cara tidak langsung ( destilasi uap) Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah. Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.

3. Cara Enfleurage Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk. 

Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali. Contoh-contoh minyak atsiri : 

1. Oleum foeniculi (minyak adas) Cara pembuatan : Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill varietas a vulgare dan b-dulce. 

2. Oleum Anisi (minyak adas manis) Cara pembuatan : Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan buah kering Pimpenilla anisum L (fam : Magnoliaceae) 

3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh) Cara pembuatan : Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari tanaman Eugenia caryophyllata Syrup (Sirupi) Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Cara pembuatan sirup : Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.

Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari : 
1. aqua destilata : untuk sirupus simplex. 
2. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar : 
a. maserat misalnya sirupus Rhei 
b. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi 
c. colatura misalnya sirupus Senae 
d. sari buah misalnya rubi idaei · 

Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan. 

SEDIAAN SUPOSITORIA 
 A. Definisi Sediaan Supositoria Menurut Farmakope Indonesia V :Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. B. Persyaratan Sediaan Supositoria  Syarat sediaan supositoria adalah sebagai berikut : 1. Homogen Sediaan harus homogen agar dosis dan efeknya sama. 2. Padat pada suhu kamar, meleleh pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan setempat.  Untuk mendapatkan efek terapetik yang baik, bahan obat yang terkandung harus : 1. Dalam keadaan halus 2. Terbagi secara baik 3. Dalam bentuk siap diabsorbsi atau mudah dilepas oleh bahan dasar. 

C. Tujuan Pemberian Sediaan Supositoria Diformulasikan untuk pengobatan: 

1) Efek Lokal Untuk pengobatan lokal pada rektum, vagina dan uretra Misal: • Hemoroid  supositoria rektal • Vaginitis  supositoria vaginal • Uretritis  supositoria uretral 2) Efek sistemik Untuk obat antimuntah, analgesik, asma, dll yang tidak dapat diberikan per oral Obat tidak diberikan per oral karena: a) Faktor penderita: • Tidak dapat menelan, pingsan • Pasca operasi saluran cerna atas • Mual & muntah, asma hebat b) Faktor bahan obat: • Dirusak oleh enzim pencernaan • Dapat menimbulkan efek samping (iritasi lambung) • Tidak stabil pada pH saluran cerna atau asam lambung D. Keuntungan: 1. Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan secara oral 2. Dapat diberikan pada anak bayi, lansia yang susah menelan. 3. Bisa menghindari first fast efek dihati. 

E. Kerugian 

1. Daerah absorpsinya lebih kecil 
2. Absorpsi hanya melalui difusi pasif 
3. Pemakaian kurang praktis 
4. Tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak pada pH rectum

F. Formula Umum 
a. Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas. Jika dipanasi sekitar 30°C mulaimencairdanbiasanyameleleh pada suhu 34°-35°C tetapi pada suhu di bawah 30°C merupakan masa semi-padat, mengandung banyak kristal dari trigliserida padat dan merupakan bagian nyata dari cairan, dan yang cair diikat dengan tenaga tegangan muka. Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau Cetaceum. Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari 6% sebab akan memperoleh campuran yang memunyai titik lebur di atas 37°C, jangan kurang dari 4% karena akan memperoleh titik lebur yang lebih rendah dari titik lebur lemak coklat (