Selamat Datang

Senin, 30 November 2020

KISAH NABI SYU’AIB

 

NABI SYU’AIB

 

Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh seseorang yang sebenarnya tidak terdesak untuk melakukan perbuatan tersebut dosanya lebih besar daripada orang yang berbuat maksiat karena memang ia terdesak untuk berbuat demikian. Seperti umat Nabi Syu’aib ‘alaihissalam yang telah dikaruniai harta yang berlimpah namun mereka masih berbuat dosa dengan melakukan kecurangan dalam timbangan. Allahsubhanahu wa ta’ala pun mengazab mereka dengan azab yang pedih.

Allah subhanahu wa ta’ala mengangkat Syu’aib ‘alaihissalam menjadi nabi dan mengutus beliau ke negeri Madyan. Kejahatan yang dilakukan penduduk Madyan tidak hanya melakukan kesyirikan, tetapi juga berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Melakukan kecurangan dalam bermuamalah dan mengurangi hak orang lain mereka lakukan. Nabi Syu’aib ‘alaihissalam mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala saja dan melarang mereka berbuat syirik. Beliau juga memerintahkan agar berbuat adil dan jujur dalam bermuamalah, serta mengingatkan mereka agar jangan merugikan orang lain

Nabi Syu’aib ‘alaihissalam mengingatkan kaumnya tentang kebaikan yang telah Allah‘alaihissalam limpahkan kepada mereka berupa rezeki yang beraneka ragam. Sesungguhnya dengan itu semua, mereka tidak perlu sampai menzalimi manusia dalam urusan harta. Nabi Syu’aib ‘alaihissalam juga mengancam dengan azab yang mengepung mereka di dunia sebelum di akhirat nanti. Namun mereka menyambutnya dengan ejekan dan menolak seruan itu sambil mengejek. Mereka berkata,

قَالُواْ يَٰشُعَيۡبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأۡمُرُكَ أَن نَّتۡرُكَ مَا يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوۡ أَن نَّفۡعَلَ فِيٓ أَمۡوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُاْۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلۡحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ ٨٧

“Hai Syu’aib, apakah shalatmu (agamamu) menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” (Hud: 87)

Yakni, kami tetap akan bertahan menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami. Kami akan tetap berbuat terhadap harta kami dengan berbagai bentuk muamalah yang kami inginkan, tidak berada di bawah aturan atau ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala dan para rasul-Nya.

Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berkata (sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala),

قَالَ يَٰقَوۡمِ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٖ مِّن رَّبِّي وَرَزَقَنِي مِنۡهُ رِزۡقًا حَسَنٗاۚ

“Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku dan dianugerahkan kepadaku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintahnya?” (Hud: 88)

Maksudnya, Allah subhanahu wa ta’ala telah mencukupi aku (dengan rezeki-Nya).

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَمَآ أُرِيدُ أَنۡ أُخَالِفَكُمۡ إِلَىٰ مَآ أَنۡهَىٰكُمۡ عَنۡهُۚ

“Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang.” (Hud: 88)

Yakni, tidaklah aku melarang kalian dari berbagai muamalah yang buruk dan di dalamnya terdapat perbuatan yang menzalimi manusia, melainkan aku adalah orang pertama yang meninggalkannya, padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi aku harta dan memperluas rezeki untukku. Saya sangat membutuhkan adanya hubungan muamalah ini. Namun saya terikat dengan kewajiban taat kepada Rabbku.

Saya tidak bermaksud dengan tindakan dan perintahku ini kepada kalian kecuali mendatangkan perbaikan. Artinya, semampu saya, saya akan berusaha agar keadaan dunia dan akhirat kalian menjadi baik.

وَمَا تَوۡفِيقِيٓ إِلَّا بِٱللَّهِۚ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ٨٨

“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku berserah diri dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Hud: 88)

Kemudian beliau mengancam mereka dengan siksaan yang pernah menimpa umat-umat yang masa dan tempatnya di sekitar mereka.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَيَٰقَوۡمِ لَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شِقَاقِيٓ أَن يُصِيبَكُم مِّثۡلُ مَآ أَصَابَ قَوۡمَ نُوحٍ أَوۡ قَوۡمَ هُودٍ أَوۡ قَوۡمَ صَٰلِحٖۚ وَمَا قَوۡمُ لُوطٖ مِّنكُم بِبَعِيدٖ ٨٩

“Janganlah sekali-kali pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat aniaya sehingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shalih, sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.” (Hud: 89)

Beliau menawarkan kepada mereka agar bertaubat dan membangkitkan keinginan mereka untuk bertaubat. Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berkata, sebagaimana firman Allahsubhanahu wa ta’ala, ,

وَٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٞ وَدُودٞ ٩٠

“Dan mohonlah ampunan kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” (Hud: 90)

Namun semua seruan itu tidak berfaedah sedikit pun. Mereka berkata,

 “Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah (azab Allah), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.’

Dan ketika datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami. Sedangkan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.” (Hud: 93—94)

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan rasa panas yang hebat kepada mereka yang menyumbat pernapasan mereka sehingga mereka hampir tercekik karena dahsyatnya. Di saat demikian, Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan awan dingin yang menaungi mereka, lalu mereka pun panggil-memanggil untuk bernaung di bawahnya. Setelah mereka berkumpul di bawahnya, tiba-tiba muncullah nyala api demikian hebat membakar mereka hingga mereka pun mati dalam keadaan mendapat azab, kehinaan, dan kutukan sepanjang masa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KISAH NABI DAUD

 

Kisah Nabi Daud

Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian yang di dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT mendengar doaku.

Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan menyerahkannya kepada lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu malam—ketika ia telah menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"

 

Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta keadaan kami makin memburuk." Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi kalian." Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."

Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki."Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah tanda kekuasaan-Nya."Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.

 

 

 

 

Daud, seorang pengembala yang baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.

                          

Allah SWT berfirman:

"Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentarajalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)

Setelah Daud membunuh jalut, ia mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT. Daud telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

 

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melu-nakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba': 10-11)

"Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)

 

Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Daud sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)

Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul bersama beliau.

Allah SWT berfirman:

"Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan perselisihan." (QS. Shad: 17-20)

 

Nabi Ilyasa’ AS

 

Nama Nabi Ilyasa’ ‘alaihi as-salam disebut dalam Al-Qur’an 2 kali, pertama pada Surat Al-An’am 86, dan kedua Surat  Shad ayat 48. Kita kutip pertama kali Surat Al-An’am 86 sekalian dengan ayat 87. Allah SWT berfirman:

وَإِسۡمَٰعِيلَ وَٱلۡيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطٗاۚ وَكُلّٗا فَضَّلۡنَا عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ ٨٦ وَمِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡ وَإِخۡوَٰنِهِمۡۖ وَٱجۡتَبَيۡنَٰهُمۡ وَهَدَيۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٨٧    

“Dan Ismail, Ilyasa’, Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya). Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan dan saudara-saudara mereka. dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. “ (Q.S. Al-An’am 86-87)

Dalam ayat 86 di atas disebutkan empat orang Nabi yaitu Ismai’il, Ilyasa’, Yunus dan Luth. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang dilebihkan oleh Allah SWT derajat mereka di atas umat pada masanya. Penyebutan empat nama Nabi pada ayat ini memang tidak urut secara kronologis. Nabi Luth disebut pada urutan keempat padahal dia lebih dahulu dari Isma’il, karena Luth sudah diangkat sebagai Nabi sebelum Isma’il lahir. Luth juga lebih dulu daripada Ilyasa’ dan Yunus.

Pada ayat selanjutnya yaitu ayat 87 Allah SWT menyatakan juga melebihkan derajat di antara bapak-bapak mereka (seperti Ibrahim bapak dari Isma’il), keturunan mereka (Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Isma’il), dan juga derajat sebagian dari saudara-saudara mereka (Ishaq adalah saudara Isma’il). Mereka semua dipilih oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul dan ditunjukkan kepada mereka jalan yang lurus.

Untuk yang kedua kali nama Ilyasa’ disebut dalam Surat Shad ayat 48. Kita kutip sekalian dengan ayat 49. Allah SWT berfirman:

 وَٱذۡكُرۡ إِسۡمَٰعِيلَ وَٱلۡيَسَعَ وَذَا ٱلۡكِفۡلِۖ وَكُلّٞ مِّنَ ٱلۡأَخۡيَارِ ٤٨ هَٰذَا ذِكۡرٞۚ وَإِنَّ لِلۡمُتَّقِينَ لَحُسۡنَ مَ‍َٔابٖ ٤٩

“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. semuanya termasuk orang-orang yang paling baik . Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik” (Q.S. Shad 38: 48-49)

Kalau pada ayat sebelumnya setelah Ilyasa’ disebut  Yunus dan Luth maka pada ayat ini setelah Ilyasa’ disebut Nabi Zulkifli. Ketiga-tiganya adalah orang-orang pilihan, artinya semuanya adalah Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT. Nama mereka disebut sebagai sebuah kehormatan, penghargaan, dan sebagaimana Nabi-Nabi dan Rasul lainnya, nama mereka nanti akan tetap menjadi buah bibir umat manusia sepanjang masa sebagai pejuang yang meluruskan penyimpangan, terutama penyimpangan dari tauhidullah SWT dan membimbing mereka ke jalan yang benar.

Seperti halnya Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa’ AS juga diutus di Baa’labak  atau Ba’alabek (Heliopolis, kota matahari),    Lebanon dan juga  meninggal di sana (Athlas Al-Qur’an hal. 86).

Menurut Ibn Sa’ad, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Washfi dalam Târîkh al-Anbiyâ’ wa ar-Rusul wa al-Irtibâth az-Zamani wa al-‘Aqâaidi (hlm. 259), Ilyasa’ diutus setelah Ilyas. Lengkapnya beliau adalah Ilyasa’ ibn ‘Uza ibn Nastalakh ibn Afraim ibn Yusuf ibn Ya’qub ibn Ishaq.

Pada urutan huruf “ya” dalam buku sejarahnya, Al Hafidz Abu Qasim bin Asakir, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir dalam Kisah Para Nabi (hlm. 524) menyebutkan, “Ilyasa” adalah Al Asbath bin Adi bin Syautlim bin Afraim bin Yusuf bin Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim alaihissalam. Ada juga yang menyebutkan, Ilyasa’ adalah putera paman Ilyas. Ada juga yang menceritakan, ia dulu pernah bersembunyi bersama Ilyas di gunung Qasiyun dari raja Ba’albak. Setelah Ilyas meninggal dunia, maka posisinya digantikan oleh Ilyasa’.

Ada juga yang menyatakan bahwa Ilyasa’ adalah puteranya Akhthub ibn ash-Shakhuz. Banyak versi tentang nasab Ilyasa’ ditingkat bapak dan kakeknya seperti terlihat dalam kutipan sebelumnya. Satu versi bapaknya adalah ‘Uza ibn Nastalakh.Versi lain bapaknya adalah Adi bin Syautlim. Ada juga yang menyebut bapaknya adalah Akhthub ibn ash-Shakhuz. Tetapi di atas kakeknya semua  sepakat menyebutkan Afraim ibn Yusuf ibn Ya’qub ibn Ishaq. Jadi jelas Nabi Ilyasa’ adalah keturunan Bani Israil (putera-putera Ya’qub) dan diutus kepada Bani Israil juga.

Dalam versi Al-Kitab, Ilyasa’ (885-795 SM) ditulis juga Elisa dan Eliseus. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 830 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Ia wafat di Palestina.

Ilyasa’ adalah anak angkat dari Ilyas. Tatkala Ilyas dikejar-kejar oleh kaumnya yang durhaka, beliau bersembunyi di rumah Ilyasa’ yang waktu itu masih belia dan sedang sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh mereka bersahabat dan Ilyasa’ selalu mendampingi Ilyas menyeru kaumnya kepada kebaikan.Setelah Ilyas meninggal dunia, Ilyasa’ meneruskan tugasnya sebagai Nabi menyeru kaumnya kepada penyembahan Allah SWT semata dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apa pun.

Nabi Ilyasa’ diutus setelah Ilyas, oleh sebab itu beliau meneruskan misi Nabi Ilyas AS yaitu menyeru kaumnya untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apapun. Tentu Nabi Ilyasa’ mengingatkan mereka tentang Hari Akhir, tentang Sorga dan Neraka. Sebagaimana Nabi2 sebelum dan sesudah beliau semuanya mengingatkan akan azab Allah di Hari Akhir yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka dan juga tidak lupa menjanjikan sorga dengan segala kenikmatannya kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan tentu juga Nabi Ilyasa’ dibekali oleh Allah SWT dalam perjuangannya dengan mukjizat-mukjizat untuk membuktikan kenabiannya. Dari segi syari’at Nabi Ilyasa’, sebagaimana Nabi Ilyas meneruskan syariat yang dibawa oleh Nabi Musa AS dalam Kitab Taurat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nabi Ilyas

kisah Nabi Ilyas dijelaskan dalam Alquran surah Ashshaaffaat [37]: 123-132. ''Sesungguhnya, Ilyas adalah salah seorang dari rasul-rasul. (Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, 'Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal (berhala) dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?'

Maka, mereka mendustakannya karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali, hamba-hamba Allah yang ikhlas (menyembah Allah). Kami tinggalkan nama baiknya sampai kepada umat yang kemudian. Selamat dan sejahtera bagi Ilyas. Begitulah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk golongan hamba Kami yang mukmin.''

Menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur'an, Ilyas diutus oleh Allah kepada kaum Bani Israil di daerah Ba'labak (Heliopolis: Kota Matahari). Hal yang sama juga disampaikan Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam karyanya Athlas Tarikh  al-Anbiya' wa al-Rusul (Atlas Sejarah Nabi dan Rasul).

Menurut Sami al-Maghluts, Nabi Ilyas diutus oleh Allah di daerah Baalbek (Ba'labakha) yang terletak di daerah sebelah barat Damaskus (Suriah), yang kini masuk wilayah Lebanon. Hal ini juga diperkuat oleh keterangan Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiya'. Sumber lainnya menyebutkan, Baalbek terletak di sebelah timur Kota Lebanon sekarang ini.

Nabi Ilyas A.S, merupakan keturunan Nabi Harun A.S, yang ke-empat, Ia diutus Allah Swt kepada kaum Bani Israil yang suka menyembah berhala Ba’al. Nabi Ilyas A.S, menyeru kepada mereka agar meninggalkan Ba’al dan menyembah kepada Allah, Dalam al-Qur’an surat ash-Shaffat dinyatakan:

 

“Sesungguhnya Ilyas A.S, adalah salah seorang Rasul Allah, ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya: ‘Mengapa kamu tidak takut kepada Allah?, mengapa kamu menyembah Ba’al, dan kamu tinggalkan sebaik-baiknya pencipta, yaitu Allah Tuhan kalian dan bapak-bapak kalian semua?’.”

 

Kaum Nabi Ilyas A.S, selalu mendustakan seruan Nabi Ilyas, dan mereka akan disiksa oleh Allah dengan siksaan yang berat. Karena mereka selalu durhaka kepada Allah, maka datanglah siksa Allah dengan kemarau panjang, sehingga mereka kehausan dan ternak-ternak mereka mati, serta kebun dan taman-tanaman yang tertanam di atasnya musnah.

 

Sedangkan Nabi Ilyas Sendiri dilanda rasa ketakutan karena takut dibunuh oleh kaumnya sendiri, sehingga ia berada di tempat persembunyian, pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan Apabila kaumnyanya menemukan makanan dalam suatu rumah kosong, mereka berkata:

 “Wah, rumah ini sudah dimasuki oleh Ilyas”.

Hingga pada suatu waktu, Nabi Ilyas memasuki rumah seorang wanita yang memiliki seorang putra, ia bernama Ilyasa’ dan anak tersebut beriman akan kenabian Nabi Ilyas, lalu anak tersebut dibawanya kemana pun Nabi Ilyas bergi.

 

Dan pada saat kaumnya yang durhaka sudah sangat merasa dahaga dan lapar, serta benar-benar merasakan siksaan dan kesengsaraan, baru kemudian mereka insaf (sadar) dan menghadap Nabi Ilyas supaya memohonkan kepada Allah Swt, agar segera diturunkan hujan dan terhindar dari bahaya kelaparan.

 

Kemudian Nabi Ilyas A.S, berdoa kepada Allah Swt:

 

“Ya Tuhanku, semoga Engkau berkenan menghilangkan dari mereka bahaya kelaparan yang telah mengancam kehidupan mereka, dan mudah-mudahan (setelah itu terjadi) menjadikannya orang-orang yang bersyukur kepada Engaku.”

 

Allah Swt, mengabulkan doa Nabi Ilyas A.S, llau hujan turun dan sawah ladang menjadi subur kembali serta binatang-binatang berkembang biak dan menurunkan anak-anaknya dengan jumlah yang sangat banyak.

 

Setelah mereka menerima rahmat dan karunia Allah, kemudian mereka lupa akan rahmat-Nya, dan mereka kembali durhaka, bahkan lebih-lebih dari masa yang sebelumnya.

 

Sehingga mereka disiksa lagi oleh Allah Swt, dengan siksaan yang sangat pedih. Tetapi saat adzab itu turun melanda mereka, Nabi Ilyas dan Ilyasa sudah pergi meninggalkan mereka semua. keduanya terlepas dari siksa itu, karena mereka taat dan berbakti dengan menyembah kepada Allah Swt.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nabi Sulaiman

 

Sebagai raja, Nabi Sulaiman memiliki kekayaan yang luar biasa. Banyak diceritakan dalam literatur, bahkan dalam Alquran yang menjelaskan tentang kekayaan Nabi Sulaiman yang jumlahnya sangat melimpah.

Ustadz Subhan Bawazier mengatakan, Nabi Sulaiman merupakan manusia paling kaya yang pernah Allah Ta'ala ciptakan.

Dikutip dari sebuah video di Youtube, Ustadz Subhan Bawazier mengungkapkan, "Bahkan ada hikayat mengatakan saat terbuka itu pintu istana Nabi Sulaiman, di dalam istananya terdapat taman Sulaiman yang di taman tersebut ada batu dan kerikil yang kita injak saat mengelilinginya, dan batu yang diinjak itu adalah berlian dan permata."

Walau diberi harta yang melimpah, Nabi Sulaiman tetap seorang hamba yang taat dan beriman kepada Allah. Dia tidak sombong atau pelit dengan kekayaan yang dimilikinya. Bahkan hingga suatu ketika, Nabi Sulaiman berkeinginan dan merasa mampu memberi makan semua makhluk hidup di bumi ini, termasuk hewan di darat, laut dan udara.

Kisah tersebut diceritakan dalam Kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy, seorang ulama yang hidup pada tahun 13 Hijriyah.

Nabi Sulaiman memohon kepada Allah untuk mengizinkannya memberi makan semua makhluk hidup di bumi. Namun Allah tidak langsung mengabulkan doa Nabi Sulaiman dan menjawab, “Sungguh, engkau (Nabi Sulaiman) tidak akan mampu.”

Namun, Nabi Sulaiman tidak menyerah begitu saja, beliau kembali mengajukan permohonan kepada Allah, hingga akhirnya Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman untuk memberi makan seluruh makhluk hidup di dunia saat itu.

Lantas mulailah Nabi Sulaiman memerintahkan pasukannya, mulai dari manusia, hingga jin untuk memberitahu kepada seluruh makhluk hidup di bumi untuk menghadiri undangan jamuan makannya.

Menurut cerita, makanan yang disajikan Nabi Sulaiman memiliki panjang setara dengan satu bulan perjalanan, begitu pun dengan lebarnya. Lalu Allah bertanya kepada Nabi Sulaiman, “Makhluk manakah yang akan memulai (memakan hidangan yang kamu sediakan)?” Nabi Sulaiman menjawab, “Mereka yang mendarat di darat dan di laut.”

Kemudian dengan kekuasan-Nya, Allah memerintahkan satu makhluk besar dari golongan ikan untuk pertama kali menyantap makanan yang disajikan Nabi Sulaiman.

Alangkah terkejutnya Nabi Sulaiman ketika melihat ikan besar tersebut melahap habis semua hidangan yang sudah disediakannya. Ikan itu kemudian berkata, “Hai Sulaiman, kenyangkanlah perutku, kini aku masih merasa lapar.”

Seketika itu pula, Nabi Sulaiman langsung bersujud sambil menangis kepada Allah memohon ampunan karena merasa sombong dan merasa mampu memberi makan semua makhluk hidup. Padahal memberi makan satu ikan saja ia masih belum cukup dan mampu.

Kisah Nabi Sulaiman ini memberi kita pelajaran dan mengingatan bahwa Allah itu benar-benar Maha Kaya, dan tidak ada yang bisa menandingi kekayaan Allah SWT. Bahkan, kekayaan Nabi Sulaiman yang dianggap sebagai manusia terkaya saja tidak sanggup untuk membuat kenyang satu ekor ikan pun yang merupakan makhluk ciptaan Allah.