BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Konselor dan klien yang berasal dari
latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat
rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan
konseling tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut
untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya,
mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan
yang responsive secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang
sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien
(Dedi Supriadi, 2001:6).
Untuk mencapai efektifitas proses
konseling, konselor harus memahami dirinya sendiri, termasuk bias-
bias budaya yang ada pada dirinya. Problem ini tidak terlalu
mengemuka dalm mendeskripsikan objek jika dibandingkan dengan mendeskripsikan
orang.
Dapat diasumsikan bahwa semakin
banyak kesesuaian (congruence) antara konselor dengan klien dalam hal-
hal tersebut (baik yang psikologis maupun yangg sosial budaya) maka akan
semakin besar kemungkinan konseling akan berjalan efektif, demikian juga
sebaliknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengartian budaya?
2.
Apa pengertian bias budaya?
3.
Apa saja jenis-jenis bias budaya?
4.
Apa faktor-faktor penyebab bias budaya?
5.
Apa saja ciri-ciri bias budaya?
6.
Bagaimana kesadaran konselor akan nilai-nilai pada
kebudayaannya dan bias yang mungkin muncul?
C. TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui pengertian budaya.
2.
Untuk mengetahui pengertian bias budaya.
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis bias budaya.
4.
Untuk mengetahui faktor-faktor bias budaya.
5.
Untuk mengetahui ciri-ciri bias budaya.
6.
Untuk mengetahui kesadaran konselor akan nilai-nilai pada
kebudayaannya dan bias yang mungkin muncul.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGARTIAN BUDAYA
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata
bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung
menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala
hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk
pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
B.
PENGERTIAN BIAS BUDAYA
Kata bias dapat diartikan sebagai
pembelokan. Atau tidak adanya kesamaan, atau tidak adanya titik temu dalam
suatu masalah. Bias budaya terjadi karena adanya ketidak samaan dalam
memahami kebenaran atau nilai - nilai budaya. Hal ini terjadi antara satu
dengan yang lain, memahami budaya yang ada dengan menggunakan kerangka
pandangnya sendiri – sendiri.
Ketika dua orang berbeda budaya
bertemu dan berkomunikasi baik dengan bahasa verbal maupun bahasa tubuh,
komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki banyak kesamaan. Sebaliknya,
komunikasi yang terjadi diantara dua pihak yang memiliki banyak perbedaan sulit
untuk berjalan efektif. Disinilah terjadinya bias budaya.
Bias disini merupakan kecenderungan
berprasangka yang menghambat, membelokan, atau mencegah penilaian yang
imparsial. Menurut dia, komunikasi yang efektif terjadi apabila dua individu
memiliki banyak kesamaan (homophilous).
Pada intinya yang dimaksud dengan
bias budaya, tidak adanya kesefahaman terhadap suatu budaya atau saling
memahami budaya yang lain. Itulah bias budaya.
faktor terpenting yang mendasari
bias ini adalah kecenderungan kita untuk meremehkan, mengecilkan, bahkan
mengabaikan informasi yang relevan (misalnya, data tentang frekuensi
aktual dalam kelompok tertentu) dan fakta statistik abstrak lain, dan lebih
memerhatikan bukti yang lebih menonjol dan konkret meski tidak reliabel.
C.
JENIS BIAS BUDAYA
1.
Bias kognitif maksudnya kekeliruan sistematis dalam atribusi
yang berasal dari keterbatasan kemampuan kognitif manusia untuk memproses
informasi.
2.
Bias asimilasi mepresentasikan halangan signifikan untuk
mendapatkan pemikiran yang jernih dan pemecahan problem yang efektif. Bias
asimilasi disini adalah kecenderungan untuk memecahkan perbedaan antara skema
yang ada dengan informasi baru melalui asimilasi ketimbang akomodasi, meski
denga risiko mendistorsi informasi itu sendiri.
3.
Bias keterwakilan merupakan setiap kondisi dimana heuritis
keterwakilan menghasilkan kesalahan sistematis dalam pemikiran atau pemprosesan
informasi.
4.
Bias motivasi dapat diartikan setiap kekeliruan sistematis
dalam atribusi yang berasal dari usaha orang untuk memuaskan kebutuhan
personal, seperti keinginan akan harga diri, kekuasaan, atau prestise.
D.
FAKTOR PENYEBAB BIAS BUDAYA
1.
Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu
kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal diseluruh
dunia ini demikian pula bahasa nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal)
sering dianggap bersifat universal namun perwujudannya sering berbeda secara
lokal
2.
Pakaian dan Penampilan
Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan
luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.
3.
Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan
sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif ini, seperti ruang
makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan restoran
vegetarian.
4.
Waktu dan Kesadaran akan waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan
budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan
waktu.
5.
Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan
memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik
dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
6.
Hubungan-Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan
hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status,
kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
7.
Nilai dan Norma
Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu
budaya menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang
bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika
kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak;
dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita
secara total.
8.
Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa
diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat
terstruktur dan formal, sementara budaya lainnya lebih lentur dan informal.
Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang secara persis,
sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah.
9.
Proses mental dan belajar
Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang
aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok
dalam cara orang-orang berpikir dan belajar.
10.
Kepercayaan dan sikap
Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal
supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau
kepercayaan mereka.
E.
CIRI-CIRI KONSELING BIAS BUDAYA
Ciri-ciri Pelayanan Konseling yang Bias Budaya adalah sebagai
berikut:
1.
Pelayanan konseling yang bias budaya akan dapat terjadi jika
antara konselor dan klien mempunyai perbedaan.
2.
Konselor sadar bahwa latar belakang kebudayaan yang
dimilikinya.
3.
Konselor mampu mengenali batas kemampuan dan keahliannya
4.
Konselor merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara
dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan.
Konseling
lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh
terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling
tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk
memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti
dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki
keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Dengan demikian, maka
konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter)
antara konselor dan klien.
F.
KESADARAN KONSELOR AKAN NILAI-NILAI
PADA KEBUDAYAANNYA DAN BIAS YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Sikap dan Keyakinan
a.
Konselor yang handal telah menyadari keberadaan budaya dan
sensitif terhadap kebudayaan yang diwarisinya, menilai dan menghargai perbedaan
b.
Konselor yang handal sadar bahwa latar belakang kebudayaan
yang dimilikinya, pengalaman sikap, nilai, dan bias mempengaruhi proses
psikologis
c.
Konselor yang handal mampu mengenali batas kemampuan dan
keahliannya
d.
Konselor yang handal merasa nyaman dengan perbedaan yang ada
antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan
2.
Pengetahuan
a.
Konselor yang handal memiliki pengetahuan tentang ras dan
kebudayaannya sendiri dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi secara personal
dan profesional pandangannya tentang normal dan abnormal dan proses dalam
konseling
b.
Konselor yang handal mengetahui dan memahami bahwa tekanan,
ras, diskriminasi, dan stereotipe mempengaruhi mereka secara personal dan dalam
pekerjaannya.
c.
Konselor yang handal mengetahui dampak sosialnya terhadap
orang lain. Pengetahuan mereka tentang perbedaan komunikasi, bagaimana gaya
komunikasi ini mungkin akan menimbulkan perselisihan atau membantu perkembangan
dalam proses konseling pada klien minoritas, dan bagaimana cara mengantisipasi
dampak yang mungkin terjadi pada orang lain
3.
Keterampilan
a.
Konselor yang handal mencari: pendidikan, konsultasi, dan
pengalaman pelatihan untuk memperbaiki pemahaman dan keefektifan dalam bekerja
dengan populasi dari budaya yang berbeda. Mengenali keterbatasan, mereka: a)
mencari konsultasi, b) mencari pelatihan dan pendidikan lebih lanjut, c)
menjadi individu yang berkualifikasi atau berwawasan, atau d) kombinasi dari
ketiganya
b.
Konselor yang handal secara konsisten mencari pemahaman
terhadap diri mereka sebagai ras dan kebudayaan dan secara aktif mencari
identias non-ras
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Budaya merupakan segala hal yang
berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola
pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Bias budaya terjadi karena adanya
ketidak samaan dalam memahami kebenaran atau nilai - nilai budaya. Hal ini
terjadi antara satu dengan yang lain, memahami budaya yang ada dengan
menggunakan kerangka pandangnya sendiri – sendiri.
Ketika dua orang berbeda budaya
bertemu dan berkomunikasi baik dengan bahasa verbal maupun bahasa tubuh,
komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki banyak kesamaan. Sebaliknya,
komunikasi yang terjadi diantara dua pihak yang memiliki banyak perbedaan sulit
untuk berjalan efektif. Disinilah terjadinya bias budaya.
Faktor penyebab bias budaya
antaralain:
1.
Komunikasi dan Bahasa
2.
Pakaian dan Penampilan
3.
Makanan dan Kebiasaan Makan
4.
Waktu dan Kesadaran akan waktu
5.
Penghargaan dan Pengakuan
6.
Hubungan-Hubungan
7.
Nilai dan Norma
8.
Rasa Diri dan Ruang
9.
Proses mental dan belajar
10.
Kepercayaan dan sikap
Ciri-ciri Pelayanan Konseling yang
Bias Budaya adalah sebagai berikut:
1.
Pelayanan konseling yang bias budaya akan dapat terjadi jika
antara konselor dan klien mempunyai perbedaan.
2.
Konselor sadar bahwa latar belakang kebudayaan yang
dimilikinya.
3.
Konselor mampu mengenali batas kemampuan dan keahliannya
4.
Konselor merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara
dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://karyaboy.blogspot.com/2008/02/konseling-lintas-budaya.html
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=365&Itemid=98