Selamat Datang

Senin, 30 November 2020

MAKALAH SEJARAH PSIKOLOGI ABNORMAL

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang Masalah

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.

Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku. Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.

Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme).

Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang, dan tampilan luar atau tampilan atas kedua-duanya. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang.

 

Dari permasalah tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup seseorang dapat menyebabkan tingkah laku abnormal, dan untuk itu penulis tertarik untuk lebih lanjut menulis hal tersebut dalam makalah ini.

 

B.       Permasalahan

Berpijak dari latar belakang di atas maka perumusan permasalahan yang akan penulis uraikan di dalam penulisan makalah ini yatitu :

1.             Definisi Abnormal

2.             Abnormalitas prespektif, historis kontemporer dan islam

3.             Konsep Normal  Abnormal

4.             Model/bentuk Abnormal

5.             Penyebab Prilaku Abnormal

 

C.      Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

a.         Untuk mengetahui lebih luas tentang perilaku abnormal

b.        Untuk memperoleh informasi tentang perilaku Abnormal

c.         Untuk mengetahui ciri-ciri tanda dan gejala Abnormal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.        Definisi Abnormal

Perilaku Abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku Abnormal terdiri dari dua kata yaitu Perilaku dan Abnormal, Perilaku menurut kamus bahasa Indonesia adalah tingkah laku seorang manusia/ sikap seorang manusia, sedangkan Abnormal dapat didefinisikan sebagai hal yang jarang terjadi (seperti kidal) atau penyimpangan dari kondisi rata-rata (seperti tinggi badan yang ekstrem). Abnormalitas umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik sekaligus dan definisi terbaik untuk ini menggunakan beberapa kareakteristik Kejarangan statistik, Pelanggaran norma, distress pribadi, ketidakmampuan atau disfungi, dan repons yang tidak diharapkan (unexpectedness).

Sumber lain mengatakan Perilaku abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari norma sosial. Karena setiap masyarakat mempunyai patokan atau norma tertentu, untuk perilaku yang sesuai dengan norma maka dapat diterima, sedangkan perilaku yang menyimpang secara mencolok dari norma ini dianggap abnormal. sehingga perilaku yang dianggap normal oleh suatu masyarakat mungkin dianggap tidak normal oleh masyarakat lain, jadi gagasan tentang kenormalan atau keabnormalan berbeda dari satu masyarakat lain dari waktu ke waktu dalam masyarakat yang sama.

 

Perilaku Abnormal yang terjadi pada kondisi emosional biasa terjadi kapan saja dalam kehidupan manusia, Mereka kadang-kadang bisa terjadi dan sudah terjadi dalam kehidupan orang lain.Sebuah masalah emosional dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan secara mental dan fisik.

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh jahat. 

Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.

Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman. Kita pernah saksikan tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya. Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal.

Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.

Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18.Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya

 

B.         Abnormalitas prespektif, historis kontemporer dan islam

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti keimanan, ketakwaan, sikap menghadapi problema hidup, keseimbangan dalam berfikir, kondisi kejiwaan seseorang dan sebagainya. Seseorang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, dalam hal ini akan dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman batin dalam hidupnya. Apabila ia menghadapi suatu problematika hidup, ia menghadapinya dengan sabar dan tidak mudah putus asa karena sebenarnya dalam diri manusia yang beriman, tidak terjadi putus asa atau “reaksireaksi kompensasi” dan “mekanisme pertahanan diri” yang sifatnya merugikan

    Sikap seseorang dalam menghadapi problematika hidup, juga berpengaruh terhadap kesehatan mental. Menurut para ahli ilmu jiwa, sikap dan cara orang menghadapi kesukaran itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sesuai dengan kepribadian dan kepercayaan terhadap lingkungannya. Jika masalah ini ditinjau dari segi agama, maka akan kita dapati perbedaan antara orang yang beragama dan orang yang tidak beragama.

 Bagi orang yang beragama, kesukaran atau bahaya sebesar apapun yang harus dihadapinya, dia akan waras dan sabar, karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari cobaan Allah terhadap hamba-Nya yang beriman. Dia tidak memandang setiap kesukaran dan ancaman terhadap dirinya dengan cara yang negatif, tetapi sebaliknya melihat bahwa di celah-celah kesukaran itu terdapat harapan-harapan. Dia tidak akan menyalahkan orang lain atau mencari sebab-sebab negatif pada orang lain

     Jadi, penghayatan dan pengamalan agama merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Karena dengan menghayati dan mengamalkan agama dengan sungguh-sungguh, maka keimanan dan ketakwaan akan diraih. Dengan beriman dan bertakwa, manusia mampu bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi problema hidup dan mampu berfikir secara seimbang serta kondisi kejiwaannya penuh dengan ketentraman dan kedamaian karena selalu mengingat Allah. Maka dari itu, orang yang menyikapi penderitaan yang dialaminya dengan sabar dan menyadari bahwa di balik penderitaan terdapat hikmah, dapat digolongkan sebagai orang yang sehat mentalnya. Sebaliknya, orang yang menyikapi penderitaannya dengan keluhan dan kekecewaan merupakan orang yang mengalami gangguan mental.

1.             Abnormalitas Perspektif Umum

Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif, prosedur pembedahan dan psikofarmakologi.

a.             Kemoterapi (Chemotherapy)

 Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun   penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.

b.             Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive)

 Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.

c.              Psychosurgery

Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.

Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.

Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.[18]

2.             Historis Kontemporer Dan Islam

Kesehatan Mental dalam Islam

Menurut Mujid (2006) kesehatan mental adalah pola-pola yang berisi pola negatif dan pola positif. Pola positif atau Ijabiy adalah kesehatan mental dimana individu memiliki kemampuan dalam penyesuaian terhadap dirisendiri dan lingkungan sosial dan pola negatif atau salaby  adalah kesehatan mental yang dimiliki individu karena terhindar dari neurosis dan psikosis.

        Psikopatologi dalam Islam

Psikopatologi menurut Islam  adalah gangguan kepribadian yang ditunjukan sebagai perilaku yang berdosa dan merupakan penyakit hati yang dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri seseorang yang disebabkan oleh kesucian qolbu  manusia hilang, karena qalbu menjadi pusat kepribadian manusia. Selain itu, psikopatologi bersumber dari dosa (guilty feeling) dan perilaku maksiat.  Dalam Islam psikopatologi ini dikenal dengan istilah penyakit hati

Perspektif Islam

     Menurut Mujid (2006 ) Ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental, yakni :

a.      Metode Imaniah

      Iman  adalah kepercayaan sehingga individu yang beriman adalah  individu yang merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup. Dengan iman, seseorang memiliki tempat untuk berkeluh kesah dan tempat memohon apabila ia menghadami permasalahan hidup, baik yang berkaitan dengan perilaku fisik maupun psikis. Ketika seseorang telah mengerahkan daya upayanya secara maksimal untuk mencapai satu tujuan, namun tetap mengalami kegagalan, tidak berarti kemudian ia putus asa atau bunuh diri. Keimanan akan mengarahkan seseorang untuk mengevaluasi kinerjanya maksimal atau belum dalam pemecahan masalah berdasarkan cara – cara yang berada dalam Al – Qur’an dan al – Hadist akan tetapi jika individu menemui kegagalan, hal yang perlu diperhatikan adalah hikmah dibalik kegagalan tersebut dengan percaya bahwa Allah menguji kualitas keimanannya melalui kegagalan atau agar ia tidak sombong dan  angkuh ketika memperoleh kesuksesan.

b.      Metode Islamiah

      Islam memiliki tiga makna yaitu penyerahan dan ketundukan atau  al silm, perdamaian dan keamanan atau al-salm, dan keselamatan atau al salamah. Realisasi metode Islamah dapat membentuk kepribadian muslim  yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kesehatan mental.

c.       Metode Ihsaniah

     Ihsan  adalah baik.Individu  yang baik atau muhsin adalah Individu yang mengetahui akan hal-hal baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan niatan baik pula. Metode ini apabila dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian muhsin yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi :

1)        Al-bidayah

Tahapan ini disebut juga tahapan takhalli. Takhalli adalah mengurangi diri dari segala sifat-sifat kotor , tercela, dan maksiat.

2)        Al-mujahadat

Pada tahapan ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, kemudian ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik. Tahapan ini disebut juga tahalli .

3)        Al-muziqat

Pada tahapan ini, seorang hamba tidak sekadar menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT , namun ia merasa  kedekatan, kerinduan, dengan  Allah. Tahapan ini disebut Tajalli. Tajalli adalah menampakkan sifat sifat Allah SWT atau Al – Maul Husna  pada diri manusia.[20]

 

C.        Konsep Normal  Abnormal

1.      Konsep Sehat-Normal

a.        Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu. (Menurut WHO)

b.        Kesehatan mental adalah penyesuaian manusia terhadap dunia & satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berempati, dan sikap hidup yang bahagia. (Seorang psikiater : Karl Menninger).

c.        Kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap dimana pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri.  (Psikolog : H.B English).

d.        Kesehatan mental meliputi semua keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan.

Bebeberapa rumusan di atas, menekankan normalitas sebagai keadaan sehat, yang secara umum ditandai dengan keefektifan dalam penyesuaian diri, yakni menjalankan tuntunan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia.

Beberapa ciri orang yang Sehat-Normal yakni

a.                  Menurut Maslow dan Mittelmann

Maslow dan Mittelmann  menyatakan bahwa pribadi yang normal dengan jiwa yang sehat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1)      Memiliki rasa aman yang tepat (sense of security)

2)      Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan wawasan (insight) yang rasional.

3)      Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat.

4)      Memiliki kontak dengan realitas secara efisien.

5)      Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sehat.

6)      Memiliki pengetahuan mengenai dirinya secara objektif.

7)      Memiliki tujuan hidup yang adekuat, tujuan hidup yang realistis, yang didukung oleh potensi.

8)      Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.

9)      Sanggup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kelompoknya.

10)  Ada sikap emansipasi yang sehat pada kelompoknya.

11)  Kepribadiannya terintegrasi

2.      Konsep Abnormal

Abnormal artinya menyimpang dari yang normal. Yang normal itu yang bagaimana? Bilamana gejala jiwa atau perilaku dinyatakan normal? Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab sebab manusia merupakan makhluk multi dimensional. Manusia merupakan makhluk biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas jiwa.

Kriteria Abnormal adalah ;

a.       Abnormalitas menurut  Konsepsi  Statistik

Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.

b.      Abnormal  menurut  Konsepsi  Patologis

Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.

c.       Abnormal  menurut  Konsepsi Penyesuaian Pribadi

Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.

d.      Abnormal menurut  Konsepsi Penderitaan/tekanan  Pribadi

Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.

e.       Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.

f.        Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.

g.      Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

h.      Perilaku berbahaya

i.        Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat dikatakan abnormal.

j.        Abnormalitas  menurut  Konsepsi  Sosio-kultural

k.      Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya

l.        memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal

m.    Abnormalitas menurut  Konsepsi Kematangan  Pribadi

n.      Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.

o.      Disability (tidak stabil)

p.      karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.

q.      ú  Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

 

D.        Model/bentuk Abnormal

a.       PSIKOPAT

Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak mempedulikan norma – norma sosial .

b.      KELAINAN SEXUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :

1.      Homosex : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )

2.      lesbian : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( wanita

3.      Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh

4.      Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam, rambut. 

5.      Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat

6.      Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang 

7.      Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut

8.      Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan melakukan pernikahan

c.       Kelainan pada cara
Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh :

1.             Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada orang lain yang tidak dikenalnya 

2.             Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang 

3.             Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek seksualnya 

4.             Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri 

5.             Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh korbannya 

d.      PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :

1.      Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan rumah karena amnesia

2.      Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan

3.      Multiple personality : Kepribadian ganda 

4.      Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak ada alasan untuk takut

5.      Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang serta sering irasional

6.      Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis, emosional dan reaksi berlebihan

7.      Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis tentang kesehatan sendiri 

e.       PSIKOSIS
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang di sekitarnya                             

 

E.         Penyebab Prilaku Abnormal

1.         Penyebab Perilaku Abnormal

Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :

a.              Menurut Tahap Berfungsinya

1)            Penyebab Primer ( Primary Cause )

Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.

2)            Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik

3)            Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.

4)            Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptifyang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.

(Dyah Kusbiantari dalam http://kusbiantari.blogspot.com/2012 diakses tanggal 16 November 2012).

Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas. Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

                    

A.            Kesimpulan

Berdasarkan telaah teoritis yang telah penulis lakukan, terutama pembahasan pada bab II diperoleh kesimpulan, bahwa perilaku abnormal merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang baik darin tampilan luar maupun tampilan dalam atau juga dapat merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan), terutama narkoba.  Perilaku abnormal dapat disebabkan oleh gaya hidup seseorang, berikut beberapa penyebab perilaku abnormal :

a.        Menurut Tahap Berfungsinya

1)             Penyebab Primer ( Primary Cause )

2)             Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

3)             Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

4)             Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

b.        Menurut Sumber Asalnya

1)               Faktor Biologis

2)               Faktor – faktor psikososial

a)            Trauma Di Masa Kanak – Kanak

b)            Deprivasi Parental

c)            Hubungan orang tua – anak yang patogenik

d)            Struktur keluarga yang patogenik

e)            Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.

f)             Stress berat

c.        Faktor – faktor Sosiokultural

a)            Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,

b)            Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.

c)            Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.

 

 

 

B.            Saran-saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

-          Diharapkan kepada pendidik dan orang tua dalam memberikan arahan tentang gaya hidup yang sehat bagi anak dan siswa di sekolah.

-          Untuk dapat contoh tentang gaya hidup yang sehat dan baik, maka orang tua atau pendidik diupayakan memahami dan mengerti tentang bagaiman perkembangan gaya hidup yang berkembang di masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://www.syifa.wordpress.com  2007. Gaul vs Konsumtif. Diakses 26 Oktober 2012

http://dhesny-hon.blogspot.com/perilaku-abnormal.html diakses tanggal 16 November 2012

Dyah Kusbiantari dalam http://kusbiantari.blogspot.com/2012 diakses tanggal 16 November 2012.

Emil Kraepelin, 2007. Psychiatric Mental Health Nursing (Terjemahan). Philadelphia : J. B. Lippincot Company.

Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fakhrurrozi. M. 2012, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Hal 93. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Universitas Sumatera Utara .