Selamat Datang

Senin, 30 November 2020

DISMENORE

 

DISMENORE

 

Pengertian Dismenore

Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan kram yang menyakitkan dan umumnya muncul saat sedang haid atau menstruasi. Dismenore merupakan salah satu masalah terkait haid yang paling umum dikeluhkan.

           

 

Gejala Dismenore


Sebenarnya, gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun secara umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:

  • Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung bawah, dan paha bagian dalam
  • Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi
  • Rasa sakit terasa intens atau konstan

Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami beberapa gejala lain yang muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika menstruasi:

  • Perut kembung
  • Diare
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Lemah, lesu, dan tidak bertenaga

 

Penyebab Dismenore

Terdapat dua jenis dismenore, meliputi :

  • Dismenore primer tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi. Keadaan ini umumnya disebabkan peningkatan dari prostaglandin, yang diproduksi pada lapisan dari rahim. Peningkatan prostaglandin memicu kontraksi dari uterus atau rahim. Secara alami, rahim cenderung memiliki kontraksi lebih kuat semasa haid. Kontraksi rahim ini dapat menimbulkan keluhan nyeri.

Selain itu, kontraksi rahim yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah sekitar dan menyebabkan kurangnya aliran darah ke jaringan otot dari rahim. Jika jaringan otot ini mengalami kekurangan oksigen akibat kekurangan suplai darah, keluhan nyeri dapat timbul.

  • Jenis yang kedua, yaitu dismenore sekunder, disebabkan pada patologi pada organ reproduksi. Berbagai keadaan yang dapat menimbulkan keluhan dismenore sekunder, yaitu:
    • Endometriosis
    • Pelvic Inflammatory Disease (PID)/ penyakit radang panggul
    • Kista atau tumor pada ovarium
    • Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
    • Transverse vaginal septum
    • Pelvic congestion syndrome
    • Allen-Masters syndrome
    • Stenosis atau sumbatan pada serviks
    • Adenomiosis
    • Fibroid
    • Polip rahim
    • Perlengketan pada bagian dalam rahim
    • Malformasi kongenital (bicornuate uterus, subseptate uterus, dan sebagainya)

 

Faktor Risiko Dismenore

Ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko mengalami nyeri haid. Antara lain:

  • Berusia di bawah 30 tahun
  • Belum pernah melahirkan
  • Memiliki riwayat nyeri haid dalam keluarga
  • Seorang perokok
  • Masa puber Anda mulai sejak usia 11 atau ke bawah (pubertas dini)
  • Mengalami perdarahan berat atau yang tidak normal selama menstruasi
  • Mengalami perdarahan menstruasi yang tidak teratur

 

Diagnosis Dismenore

Untuk menentukan diagnosis dismenore, diperlukan wawancara medis mendetail. Umumnya, dokter akan menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan usia haid pertama kali, riwayat haid, keluhan lainnya, riwayat nyeri haid, faktor pemicu nyeri haid, progresi dari keluhan nyeri haid, riwayat seksual dan persalinan, efek dari keluhan nyeri haid terhadap kehidupan sehari-hari, dan lain-lain.

Selain itu, biasanya juga akan dilakukan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan pelvik. Dapat pula dipertimbangkan pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan USG, laparoskopi, dan sebagainya.

 

Pencegahan Dismenore

Wanita juga perlu berolahraga teratur untuk mengurangi nyeri menstruasi. Untuk membantu mencegah keram, lakukan dengan rutin setiap minggu. Jika langkah-langkah di atas tidak meredakan nyeri.

 

Pengobatan Dismenore

Pada dismenore primer, seringkali keluhan nyeri membaik dengan pemberian obat anti-nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi non-steroid). Contohnya, diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat, dan lain-lain. Selain itu, dapat pula diberikan terapi hormonal, misalnya dengan kontrasepsi hormonal (contoh, pil KB).

Untuk meredakan keram menstruasi, seseorang juga perlu:

  • Beristirahat secukupnya
  • Menghindari makanan yang mengandung kafein dan garam
  • Menghindari merokok dan minum alkohol
  • Pijat punggung bawah dan perut

Penanganan dismenore sekunder disesuaikan dengan penyakit yang menyebabkan keluhan ini. Karena itu, penting agar penyebab dismenore sekunder dievaluasi.